Selamat Datang,Ahlan Wa Sahlan,Welcome,Alu-alukan,환영,Bienvenue..

Kekuatan raga itu tidak sebanding dengan kekuatan azam, tekad dan semangat.
Jika raga ini bisa kelelahan, namun azam, tekad dan semangat ini tidak boleh mundur walaupun untuk sesaat.
Faidza 'azamta fatawakkal 'alallah.
.Bismillah.


Sabtu, 31 Desember 2011

KEMAUAN DAN KEINGINAN : is it different ?

Setiap orang punya impian yang memberikannya rasa bahagia. Untuk dapat mewujudkan mimpi, tentu perlu upaya keras yang juga didorong oleh kemauan. Apa impian Anda dalam karier dan pekerjaan? Sebelum mengurai satu persatu impian Anda, kenali lebih dahulu kemauan, yang ternyata berbeda dengan keinginan.

Motivator, Certified Professional Coach, Hypnotherapist, juga Licensed NLP Master Practitioner, Ainy Fauziyah menjelaskan dalam bukunya Dahyatnya Kemauan.
Mengutip Ainy, "Kemauan adalah janji kepada diri sendiri, yang memberikan kekuatan sangat besar. Sebuah kekuatan yang dimiliki setiap manusia, membantunya menjadi seorang pemenang yang mengalahkan ego dan mendorong impiannya menjadi kenyataan."

Kemauan, Ainy menjelaskan, punya makna mendalam dari arti sederhananya, yakni "apa yang dimaui". Anda bisa menafsirkan arti harfiah ini dengan banyak makna. Bagi Ainy, kemauan atau mau lebih bermakna sebagai "kesungguhan". "Kesungguhan hati dalam mewujudkan impian melalui tindakan nyata secara konsisten," jelasnya.

Kemauan berawal dari impian atau harapan yang diinginkan menjadi nyata. Impian inilah yang kemudian mampu mendorong diri Anda untuk melakukan tindakan nyata. Karenanya, banyak orang bijak bilang, bermimpilah, jangan takut bermimpi!

Namun mimpi takkan membawa Anda pada kesuksesan, tanpa memiliki kesungguhan hati atau kemauan kuat dari dalam diri ini. Setiap pribadi perlu memiliki kesungguhan hati berupa kesanggupan melakukan tindakan secara gigih demi mencapai hasil yang diinginkan. Di sinilah peran kemauan dalam mewujudkan semua mimpi-mimpi Anda.

Menurut Ainy, kesungguhan hati inilah yang membuat Anda menjadi pribadi tangguh, siap menerima tantangan, pantang menyerah, dan fokus pada tujuan yang diinginkan, dengan melakukan tindakan nyata.

Berbeda dengan keinginan
Kemauan berbeda makna dengan keinginan. Jika kemauan diikuti dengan tindakan nyata, keinginan adalah ketertarikan terhadap sesuatu tapi tidak diikuti tindakan nyata.

Ainy memaparkan empat perbedaan keinginan dan kemauan:
1. Ada kesungguhan hati dalam kemauan, sebaliknya hal ini tak didapatkan pada keinginan.
2. Ada tindakan nyata dalam kemauan, sementara keinginan yang ada hanya angan-angan semata.
3. Kemauan menghasilkan pencapaian, sementara keinginan tak menghasilkan apa-apa karena tak ada tindakan.
4. Ada semangat optimal dalam kemauan, sedangkan dalam keinginan tetap ada semangat namun tak optimal.

Anda dapat mengukur diri, apakah kemauan dan keinginan yang mendominasi? Jika saat ini mimpi Anda belum tercapai, boleh jadi salah satunya penyebabnya adalah minimnya kemauan yang juga bermakna tindakan nyata diiringi semangat optimal. Apa pun impian Anda dalam karier dan pekerjaan, buktikan bahwa Anda punya kemauan untuk mewujudkannya, jadi nyata.

Source : KompasFemale.

Kamis, 29 Desember 2011

YAKIN : sebuah Kata yang memiliki Erti Dahsyat!

Semua harus anda awali dengan 1 kata " KEYAKINAN"

YAKIN itu manifestasi dari Iman...
YAKIN itu mencegak keraguan ...
YAKIN itu adalah titik akhir ketika Allah swt telah menetapkan sesuatu atasmu...

KITA YAKIN pada suatu hal, maka itulah yang akan terjadi pada diri kita.

Apa yang kamu pikirkan mengenai kata " Y A K I N " ????


Minggu, 25 Desember 2011

Jangan Remehkan Anak Autis, Mereka itu Cerdas!!!

Autisme masih dipandang sebagai kekurangan dan kelainan pada masyarakat. Padahal, penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa banyak penyandang autis tidak hanya lulus sarjana, namun juga memiliki kualitas dan kemampuan yang melebihi orang-orang normal pada umumnya.

"Data terbaru dan pengalaman pribadi saya menyarankan saatnya untuk mulai berpikir tentang autisme sebagai suatu kelebihan dalam beberapa bidang, bukan beban yang harus ditanggung," kata Dr Laurent Mottron di University of Montreal's Centre for Excellence in Pervasive Development Disorders.

Tim peneliti Mottron telah mengukuhkan dan mereplikasi kemampuan dan kelebihan orang autis dalam berbagai tugas mental seperti persepsi dan penalaran. Tim tersebut melibatkan beberapa penyandang autis, salah satunya bernama Michelle Dawson, yang juga seorang peneliti autisme. Ia telah menulis banyak makalah yang menantang dasar-dasar etika dan intervensi analisis perilaku berbasis autisme.

"Dawson berkontribusi besar terhadap pemahaman kami tentang kondisi melalui kerja dan penilaiannya. Ia menantang persepsi ilmiah saya mengenai autisme," kata Mottron.

Mottron mengaku bahwa rekannya, Michelle Dawson, menginspirasinya dan membantunya mempertimbangkan ulang asumsi-asumsi umum tentang autisme. Dawson tidak memiliki gelar ilmiah, namun menyerap informasi dengan cepat, membaca secara menyeluruh, mampu mengedit tulisan Mottron dan menawarkan umpan balik pada penelitian. Dawson dan Mottron hingga saat ini telah menulis 13 makalah dan beberapa bab buku.

"Sungguh menakjubkan bagi saya. Selama puluhan tahun, para ilmuwan memperkirakan besarnya keterbelakangan mental lewat pemberian tes yang tidak tepat dan salah menafsirkan kelebihan penyandang autis," tambah Mottron seperti dilansir medicalxpress.com.

Selama ini, banyak penyandang autis bekerja dalam pekerjaan kasar yang berulang-ulang, meskipun kecerdasan dan bakatnya sebenarnya dapat berkontribusi jauh lebih signifikan untuk masyarakat.

Autisme adalah gangguan perkembangan yang biasanya dapat diketahui sejak bayi berusia tiga tahun. Gangguan ini mempengaruhi perkembangan normal otak dalam hal keterampilan sosial dan komunikasi.

Menurut Autism Society of Canada, terdapat sekitar 200.000 orang yang memiliki dengan spektrum autisme dan diperkirakan satu dari setiap 165 anak yang lahir di Kanada memiliki kondisi tersebut.

Satu dari 10 penyandang autis tidak dapat berbicara, sembilan dari 10 di antaranya tidak memiliki pekerjaan tetap, dan 4 dari 5 orang dewasa autis masih tergantung pada orang tuanya.

Penyandang autis menghadapi banyak tantangan. Menurut pengamatan Mottron, para penyandang autis lebih cocok untuk berkarir dalam penelitian dan ilmu pengetahuan akademik.

"Sejak usia muda, mereka nampaknya tertarik dalam bidang informasi dan struktur seperti angka, huruf, mekanisme dan pola geometris. Kesemuanya merupakan dasar pola pikir ilmiah," kata Mottron. Ia menunjukkan bahwa empat orang asisten penelitiannya yang terdiri dari tiga orang mahasiswa dan satu orang peneliti kesemuanya autis.

"Dawson dan individu autis lainnya telah meyakinkan saya bahwa penyandang autis membutuhkan lebih dari kesempatan, namun banyak dukungan dan sedikit pengobatan. Saya percaya bahwa autisme harus dijelaskan sebagai variasi yang diterima spesies manusia, bukan sebagai kecacatan," pungkas Mottron.

Sumber : detik.com