Selamat Datang,Ahlan Wa Sahlan,Welcome,Alu-alukan,환영,Bienvenue..

Kekuatan raga itu tidak sebanding dengan kekuatan azam, tekad dan semangat.
Jika raga ini bisa kelelahan, namun azam, tekad dan semangat ini tidak boleh mundur walaupun untuk sesaat.
Faidza 'azamta fatawakkal 'alallah.
.Bismillah.


Sabtu, 15 Oktober 2011

ANDAIKAN BUKU ITU SEPOTONG PIZZA !!!


Yap.. Andaikan buku-buku yang ada di rak-rak perpustakaan adalah “makanan” kesukaan kita. Apa jadinya ya? Tentu kita akan lahap membacanya. Inilah ”kunci” untuk membuka gembok yang menyebabkan kita enggan membaca buku.
                ”kunci” ini, oleh Stephen R. Covey ( penulis The 7 Habits of Highly Effective People), disebut paradigma. Apaan tuh paradigma? Paradigma adalah kacamata. Paradigma adalah cara kita memandang sesuatu.
                Bayangkan kamu memiliki kacamata minus 2. Lima tahun kemudian, kamu harus mengganti kacamata kamu dengan kacamata minus 3. Namun, kamu bersikukuh tak mau mengganti kacamata minus 2 milikmu. Apa yang kemudian terjadi? Kamu merasa pusing apabila melihat sesuatu. Inilah akibat yang timbul dikarenakan kamu mempertahankan paradigma kacamata minus 2 kamu.
                Apa iya paradigma kamu berkaitan dengan membaca buku? Mungkin ini: ” Wah, boring deh membaca buku yang tebal-tebal itu.” Atau ini: “ Setiap kali membaca buku ilmiah, saya pasti ngantuk.”Saya pilih nonton sinetron aja deh ketimbang baca buku. Baca buku bikin kepala cepat botak!”. Itulah paradigma atau kacamata yang kamu gunakan dalam membaca buku . Memang tidak semua remaja memandang aktivitas membaca buku ilmiah seperti itu. Nah, tulisan ini akan mencoba membantu para remaja yang merasa masih kesulitan untuk memasuki dunia buku.

MENGANGGAP BUKU SEBAGAI ” MAKANAN”
              Pertama- tama, untuk memasuki dunia buku, kita perlu mengubah paradigma ( atau kacamata) dalam memandang buku. Buku sama saja dengan makanan, yaitu makanan untuk rohani kita. Bayangkanlah apabila jasmani kita tidak diberi nasi, telur, daging ayam, dan makanan bergizi tinggi lainnya. Apa yang akan terjadi? Tubuh kita akan loyo, dan sakit- sakitan.
                Demikian jugalah yang terjadi dengan rohani kita. Buku adalah salah satu jenis ” makanan rohani” kita yang sangat bergizi. Mendengarkan pengajian dan ceramah adalah juga sebentuk ” makanan ruhani”. Namun, buku kadang memiliki gizi lebih dibanding dengan ceramah. Yups.Lau ceramah mang kenapa ? Nah... Ceramah sebenarnya efektif pula tapi sebenarnya ceramah hanya memanfaatkan sebagian indra kita saja dalam proses penyerapan informasi, kadang ada anak yang denger ”mentah-mentah” ceramah tanpa dicatat, tanpa mengeksplor isi ceramah, dan tanpa bertanya sesuatu yang belum dimengerti... nah lo dah berapa indra tu ’G terpakai!!???%%%%^&&*@#... Sedangkan dengan buku- semua indra dapat berguna, dimana kita dapat
                Lewat paradigma baru membaca buku dengan menganggap buku sebagai makanan apalagi pizza kita dapat memperlakukan buku layaknya makanan kesukaan kita. Pertama, agar membaca buku tidak lantas membuat kita ngantuk, maka pilihlah buku-buku yang memang kita sukai, sebagaimana kamu memilih makanan yang kamu gemari.
                Kedua, ciciplah” kelezatan” sebuah buku sebelum membaca semua halaman. Kamu dapat mengenali lebih dulu siapa pengarang buku tersebut. Atau kamu bisa bertanya kepada seseorang yang menganjurkan kamu untuk membaca buku tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar