Selamat Datang,Ahlan Wa Sahlan,Welcome,Alu-alukan,환영,Bienvenue..

Kekuatan raga itu tidak sebanding dengan kekuatan azam, tekad dan semangat.
Jika raga ini bisa kelelahan, namun azam, tekad dan semangat ini tidak boleh mundur walaupun untuk sesaat.
Faidza 'azamta fatawakkal 'alallah.
.Bismillah.


Kamis, 24 Januari 2013

MOMENTUM MAULID NABI 1434 H

 Bismillah
Assalamu'alaikum Warohmatullah...
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
  
(Q.S A-Ahzab: 21)

Allahumma Sholli 'Ala Muhammad..

Meneladani Akhlak Rasulullah dimulai dari diri kita sendiri (Ibda Binafsika)
dengan memberikan mau‘izhah hasanah (nasihat baik) juga uswah hasanah (contoh perbuatan baik)
tak mudah memang... namun Allah akan menilai setiap usaha menuju kearah itu..
Insya Allah...

Wallahu'alam..


Senin, 21 Januari 2013

DAKWAH DAN RUMAH

Bismillah
Assalamu'alaikum Warohmatullah..
sembari raga ini sibuk membersihkan hunian baruku, agenda rutin untuk men-cek email langganan harus selalu dilakukan. kali ini email dari dakwatuna.com yang menarik perhatianku, dan ketika membacanya, benarlah, bahwa artikel ini menjadi penguat dalm diri untuk selalu AWARE and AWAKE dijalanNya.

Semoga bermanfaat....
______

Seorang sahabat menulis pertanyaan seperti ini kepada saya: “Kegiatan-kegiatan yang saya lakukan semuanya atas nama dakwah. Namun sering kali melalaikan tugas sebagai kepala keluarga. Mohon masukannya”.
Sangat menarik pertanyaannya. Kalau istilah pak Mario Teguh, “super sekali”. Pertanyaan yang sebenarnya mewakili banyak kalangan aktivis dakwah. Ada kondisi paradoks, satu sisi “merasa” sibuk dengan berbagai kegiatan dakwah, namun di saat yang sama melalaikan peran sebagai kepala rumah tangga.

Syumuliyah Dakwah

Pertama kali yang harus dipahami adalah makna dakwah dan syumuliyah dakwah. Sebagaimana kita ketahui, dakwah adalah usaha mengajak manusia menuju nilai-nilai kebaikan sesuai tuntunan Ketuhanan dan petunjuk Kenabian. Maka aktivitas dakwah mencakup aspek yang sangat sangat sangat luas. Usaha membahasabumikan nilai-nilai langit, bisa kita wujudkan dalam beragam aktivitas.
Selama ini sebagian masyarakat memahami dakwah dalam konteks yang sempit, misalnya ceramah, khutbah, tabligh akbar, pengajian dan lain sebagainya. Seakan dakwah itu maknanya hanyalah forum atau mimbar untuk berbicara. Padahal dakwah itu adalah hal bagaimana nilai-nilai kebaikan bisa direalisasikan dalam kehidupan keseharian. Bukan soal ceramah atau khutbah, namun soal merealisasikan kebajikan dalam kehidupan nyata.
Oleh karenanya dakwah bersifat syamil, utuh menyeluruh. Syumuliyah dakwah, adalah pandangan tentang keutuhan dakwah, tanpa membuat dikotomi yang tidak perlu antara peran “publik” dan “domestik”. Antara peran di dalam dan di luar rumah. Antara peran sebagai kepala rumah tangga dengan kepala desa. Antara peran sebagai orang tua dengan peran sebagai pejabat pemerintahan, dan lain sebagainya.

Mengurus Rumah Tangga Adalah Dakwah

Dalam konteks syumuliyah dakwah, kita memahami dakwah itu ada yang di dalam rumah, ada pula yang di luar rumah. Dakwah di dalam rumah adalah membina keluarga, mendidik anak, menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Jika keluarga harmonis, anak-anak tumbuh menjadi generasi yang shalih dan shalihah, seluruh anggota keluarga mentaati aturan Allah dan Rasul, maka itulah keberhasilan dakwah di dalam rumah.
Sedangkan dakwah di luar rumah bisa berupa berbagai aktivitas kemasyarakatan, sosial, politik, seni, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya, yang mengajak masyarakat menuju keluhuran diri, ketinggian pekerti, dan kekuatan nurani. Perbaikan individu, keluarga, masyarakat dan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadi fokus dari aktivitas dakwah kita di luar rumah.
Keduanya, dakwah di dalam rumah dan di luar rumah, harus sukses dan berhasil. Jangan hanya berorientasi keberhasilan di salah satu sisi, namun keduanya harus diperjuangkan untuk mendapatkan keberhasilan.
Maka tidak ada dikotomi, “saya berdakwah di luar rumah, dan di dalam rumah itu bukan dakwah”. Itu adalah pemahaman yang keliru dalam konteks syumuliyah dakwah. Justru dakwah itu mencakup peran yang harus kita jalankan di dalam rumah, dan peran yang harus kita lakukan di luar rumah. Keduanya adalah aktivitas dakwah.
Semoga kita semua mampu untuk mencapai kesuksesan dakwah di dalam dan di luar rumah.

By : Cahyadi Takariawan

SPIRIT DAKWAH !!!

Bismillah
Assalamu'alaikum Warohmatullah..


bergerak..berjuang..
hidup ini panjang..dakwah ini panjang..
melelahkan..penuh airmata, darah dan perjuangan

tinggal kemana kita akan memilih..
hidup mulia dan mati syahid..
atau hidup tenang mati mngenaskan..

berjuanglah dengan keyakinan penuh bahawa Allah akn mudahkan segalanya
urusan dunia dan akhiratmu..

meski tubuh sakit..lelah dan kaki terseyot..

majulah..berjuanglah ats nama Allah..
sebelum gelar syahid disandang..seblum kaki masuk ke pintu syurga..
sebelum jiwa tenang dalam kenikmatan syurga..

menjaga hubungan baik dengan Allah(hablu minnallah), dan saudara..habluminannas
semoga menjadi manusia pilihan yang dijamin syurga..Aamiin
(Ibu Choiriyah)
 
kekuatan Azam, tekad, semangat untuk memperbaiki diri harusnya lebih tinggi daripada kelelahan fisik yang diakibatkannya. karena Allah tak akan pernah buta melihat segala usaha dan kerja keras kita. 
"Faidza azamta, Fatawakkal 'alallahu - Jika telah berAzam, bertawakkallah kepada Allah" _ Wallahu'alam 
(facebook stat,21 Januari 2013) 

Minggu, 20 Januari 2013

PEDULI JILBAB campaign!

Bismillah
Assalamu'alaikum Warohmatullah


 Salam ukhuwah sahabat Muslimah Indonesia
peduli Jilbab hadir untuk membantu kalian menjadi lebih Syar'i..
Ingat..
Syurga untuk kita semua! so, ayoo Jempuutt.... ^_^ 

KENAPA SIH HARUS BERJILBAB ?

QS. Al-A’raf: 26, 
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

QS. Al-Ahzab: 59
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”

QS. AL-Ahzab: 33, 
“Dan hendaklah engkau tetap di rumahmu dan janganlah berhias serta bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dulu.”

QS. An-Nuur: 31, 
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

Lebih spesifik pada ayat pertama surat An-Nuur (QS. 24: 1) yang mendahului ayat-ayat lain, Allah SWT sudah mengingatkan, “(Ini adalah) satu surat yang kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalamnya), dan kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.” Hal ini berarti hukum-hukum yang berada di surat itu adalah wajib. 



 lalu, emang apaan sih manfaat berjilbab ? nah ini dia...dijamin ga ada rugi-ruginya.. ;)





 gmn caranya pake Jilbab yang Syar'i ?
nah ini nih, caranya sooo simpelll... sreett...sreett...sreett.. jadi deehh!! ^_^v


dan Alhamdulillah, kini i wear Hijab... 
itu membuatku lebih terhormat..lebih terjaga... dan lebih ngerasa amaaannn :D



jadi bagi yg belum berjilbab... kapan nich??? klo ga dari sekarang kapan lagi ??

jangan ampe begini...
kain terakhir yg menjadi hijab pertama juga hijab terakhir kita...
kita meninggal aja masih di hijab-in, masa semasa hidup enggak????
apa kata dunia?????
apa kata akherat ????


dan jgn lupa, 14 Februari adalah hari puncak GEMAR
(Gerakan Menutup Aurat)
ajak kawan-kawan muslimah untuk kampanyekan Gerakan ini 
di tanggal 14 Februari nanti :D 

pesan ini disampaikan Allah salah satunya melalui kami di @PeduliJilbab
 
Yuk... berHIJRAH ---- ke yang udah jelas-jelas nyata perintahnya di Al-Qur'an
Jilbab....mana....Jilbab !!!!




Wallahu'alam

______

-Mishbahul Jannah-
Tim SPJ Jilbab Share - Kalimantan Timur -

Pagi Bersama....

Bismillah
Assalamu'alaikum Warohmatullah..



Suhu kota saat itu mencapai 16 derajat celcius..
semalaman pemanas ruangan tidak pernah berhenti "berteriak" didalam kamar tidur ini..
Subuh ini aku bangun lebih awal, karena harus mempersiapkan perlengkapan kuliahnya.
mantel, sarung tangan, syal, baju dan celana kuliahnya- semua harus tersusun rapi..

kini aku menuju meja kerjanya...
"kitab-kitab" kuliahnya berbahasa asing itu  begitu asing pula bagiku..
laptop yang masih terbuka dan beberapa kertas serta pulpen yang berada disisi kanan kirinya
membuatku merasakan aroma ilmuNya yang sangat nyata...yang sangat dekat...
aku sangat suka berkunjung ke ruang kerjanya...
mekipun kecil...namun, hawa ilmu begitu terasa disini.. hawa masa depan kami berawal dari sini!
aku suka tempat ini, tempat dimana ia menghabiskan banyak waktunya disini..
kadang aku cemburu pada ruangan ini...
namun, aku tau, ia sedang dalam Jihad dijalanNya...
jihad menuntut ilmuNya..
dan aku tak boleh cemburu dengan itu... 
aku harus mendukungnya!

ku bereskan semua kertas-kertas indah itu, pulpen, dan beberapa kabel-kabel 
(mungkin dia sedang bereksperimen sesuatu)
kumasukkan laptop beserta charge-nya tak lupa Al-Qur'an terjemah juga sajadah hijau kecil dalam tas ransel besar itu dan aku yakin pasti sangat berat..

kini aku menuju dapur..
berbekal catatan-catatan resep yang sudah lama sengaja kubukukan, 
memang aku siapkan ia untuk masaku yang sekarang ini..
mulailah aku ber"perang" didapur kecil ini..
karena udara diluar sangat dingin, hari ini aku memasakkannya sup..
entah enak atau tidak..
tapi setiap masakanku, dia sllu katakan enak dengan senyuman khas menyungging dari bibirnya..
ahh.. terima kasih.. karena sudah menghargainya
tapi aku yakin, rasa masakanku belum sepenuhnya enak
tapi aku akan belajar selalu..

kini sup panas sudah tersedia di meja makan..
sementara dia menyelesaikan Qiroatinya sedari selepas subuh tadi,
aku bersiap diri untuk ikut bersamanya- mengantarnya kekampus lalu aku menuju tempat halaqoh warga Indonesia yang rutin diadakan setiap senin dan kamis pagi di Kedutaan...
anak-anak kecil berkebangsaan Indonesia sudah menungguku disana untuk belajar bersama..
dan setelahnya biasanya jika keperluan dirumah sudah hampir habis, 
aku mampir pergi kepasar tradisional untuk membeli keperluan seadanya...secukupnya..

kupastikan semua telah siap, ia pun telah siap..
kami pun menuju tempat makan, dan kutuangkan semangkuk sup panas untuk mengawali hari indahnya..
kali ini, dia memintaku untuk makan satu mangkuk berdua.. 
haha.. memang dia begitu romantis.. beda dengan aku yang kadang masih malu menunjukkan sisi itu
jadilah pagi yg dingin itu kami makan semangkuk berdua..
dan tiba-tiba kami bercerita masa silam, sebelum menginjakkan kaki, berjuang di negara ini..
berdua... hanya berdua saja...

waktu sudah menunjukkan pukul 8 am..
waktunya kami pergi.. 
........ saat ingin beranjak pergi .......
aku suka gayanya yang memintaku berhenti didepan pintu, 
lalu mengajakku berdoa bersama sebelum keluar dari rumah kontrakan mungil kami..

bismillah, ia menggandeng tanganku dan kami berjalan kaki dengan riang tanpa menghiraukan udara yang super dingin itu mencari celah untuk mengusik badan kami.. 
pagi itu, salju kecil sedikit turun..
menambah indah suasana perjalanan 2 anak manusia yang sedang jauh dirantau
mencari ilmuNya... mencari redhoNya

- Monday, 17 March 2014 -
kutulis setelah selesai mengajar anak-anak Indonesia di Kedutaan, 
sambil menunggumu dipendopo taman kampus untuk pulang kerumah bersama.

-Dream Book 2013- 

Bersujudlah- terlalu banyak yg harus disyukuri!

Bismillah
Assalamu'alaikum Warohmatullah...


Ya Robbi... terlalu banyak nikmatMu yang patut disyukuri..
kadang, aku sering sekali lengah...lalai... lupa kepadaMu..
aahhh... betapa nistanya aku dihadapMu jika terus seperti itu..

aku merasa Allah sedang memberi jawaban dari doaku..
Aku bersyukur "Hijrah" ku ke bumi CintaNya ini memberikan banyak pelajaran berharga
dalam setiap doa, aku hanya meminta untuk memberikan kepadaku segala apa yang Engkau (Allah) berikan pada Hamba-hambaMu yang Sholeh dan Sholehah... hanya itu...
 
namuunn,...
banyak ternyata... 
malah terlampau banyak yang Engkau berikan pada hambaMu yg sholeh dan Sholehah itu
sehingga aku bs merasakan bahwa dengan kembali kepadaMu
setiap manusia akan mendapatkan segala yang ia perlukan serta tercukupinya keperluannya di dunia
dan tenanglah dirinya, sehingga konsentrasi bisa 100% pada kewajiban-kewajibannya pada akhiratnya.
Subhanallah...

diawali dari tergabung sebagai seorang Mahasiswi di Universiti yang sangat menjadikan Islam dan Allah sebagai Tujuan utama dalam berkhitmat...
 
 
lalu, "terjun" dalam Persatuan Pelajar Indonesia di Universiti tersebut, menyeretku bertemu dengan sosok-sosok luar biasa, berilmu pengetahuan tinggi, berwawasan luas, berakhlak mahmudah, dan berislam dengan kaffah. Subhanallah, terima kasih teman-teman PPI atas ilmunya.

tergabung di PPI ternyata juga membuka peluangku untuk bersilaturrahim dan berkenalan lebih jauh dengan seluruh Muslimah dan akhwat-akhwat Indonesia yang hebat dari seluruh pelosok dunia - kami saling menyapa, berkenalan, bercerita, dan pada akhirnya kami menyadari bahwa kami harus berkontribusi untuk kemajuan akhwat/muslimah lainnya di Indonesia dengan memberikan info serta semangat dalam mengejar beasiswa di Luar Negeri, juga berbagi kisah-kisah inspiratif selama proses studi di negara masing-masing...
dan pada akhirnya FORKOMWAT lahir..
(Forum Komunikasi Akhwat)- Negeri Seberang
 Alhamdulillah, persaudaraan kami makin erat, saudara kami makin bertambah, ilmu kami kian meningkat, saling ingat-mengingatkan diantara kami semakin kuat... dan itu yg membuat kami agar tak khilaf..
Jazakillah ukhtina....
 
dari PPI juga aku tergabung dalam Taklim Pengajian Muslimah PPI UTM. menjadi lebih kenal dan akrab dengan ibu-ibu Indonesia disini yang sangat luar biasa. 
mereka ada yang sebagai Pelajar ,Ibu Rumah tangga, dan ada juga yang bekerja.. 
Semuanya Luar Biasa!!! 
beliau-beliau banyak mengajariku tentang hal-hal seluk beluk dalam mempersiapkan diri kedepannya. 
suatu ilmu yang tak akan pernah aku dapatkan di bangku kuliah, 
hingga sampai aku Prof. pun tak akan pernah dapatkannya. 
dan ini adalah ilmu Fundamental! 
ilmu vital dan ilmu Jihad bagi seorang wanita! 
dimana jihad kita yang utama adalah didalam rumah tangga... didalam keluarga... 
aku ingin banyak belajar dari Ibu-ibu luar biasa ini ya Robb.. 

juga dengan kelompok Liqo ku yang sangat luar biasa..
yang sangat aktif dalam meraih ilmuNya..
saling ingat-mengingatkan dalam kebaikan, 
dan yang pastinya tetap menyuntikkan semangat muda berkarya, mati masuk syurga !! ^_^

kelompok Liqo (kedua) ku dimana disana awalnya ada seorang akhwat yang sedang menggebu-gebunya ingin mempelajari Islam dengan benar, 
dan Alhamdulillah Allah mengirimkan kami seorang akhwat lagi yang tak kalah menggebunya ingin masuk dalam barisanNya.. 
aahhh.. Indah sekali cara Allah pertemukan kita..dan satukan kita dalam ukhuwahNya
 
dan kemarin, aku pun baru tahu, seorang akhwat dari Bandung mengabariku bahwa aku termasuk salah satu tim Peduli Jilbab dalam divisi "Jilbab Share" untuk regional Kalimantan Timur. tugasnya cukup menantang, dimana divisi ini bertugas menjadi "MEDIA SYI'AR" bagi mempromosikan kelebihan-kelebihan menggunakan jilbab.. manfaatnya, dan hukum-hukum tentangnya yg telah terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Subhanallaaaahhh.. amanah yang sungguh indah namun harus selalu dijaga agar tetap istiqomah. Bismillah!!! 
disini, lagi-lagi aku bersyukur, dipertemukan dengan banyak akhwat dan muslimah yang sukses mengembangkan dirinya, ilmunya, juga tetap menjaga Hijabnya. aahh.. Subhanallah... Semoga aku bs banyak belajar dari mereka! 
 
terakhir, ketua Taklim Pengajian Muslimah PPI memberitahuku bahwa aku diamanahkan untuk memegang taklim anak-anak usia 3-5 tahun... waahhh, ini yg sangat Subhanallah bagiku... 
aku akan menghabiskan waktu weekendku bersama malaikat-malaikat kecil yang polos, lucu, dan lugu itu..
3-5 tahun ?? sebenarnya usia mereka terlalu rentan bagiku...
aku belum cukup pengetahuan apalagi pengalaman tentang usia ini..
ini adalah masa Golden Age
 dimana mereka dalam masa proses meniru dan merekam 
segala apa yang dilihat, dengar,dan dirasakan oleh mereka..
 memang harus hati-hati berhadapan dengan masa ini...
 krn masa ini adalah masa penentuan awal kepribadian seorang anak...seorang manusia..
oohhh Robb.... kalau memang aku yg harus diamanahkan untuk ini,
maka bantu aku.... 
Bismillah...

Rabbi Yassir wala tu'assir..
Rabbi tammim bi khair.. 


Y Allah permudahkanlah jangan dipersulit..
Y Allah smpurnakan dengan kebaikan.. :)
 
Bersujudlah - terlalu banyak yang harus disyukuri!
 

Rabu, 16 Januari 2013

FATIMAH AZ-ZAHRA AS, PENGHULU WANITA SEMESTA

Bismillah

Assalamu'alaikum Warohmatullah.. 

Pepatah kata :

tak kenal maka tak sayang

tak sayang, maka takkan cinta

mengenal sosok Putri Rasulullah saw ini menjadi keharusan bagi setiap muslimah, krn darinya kita dapat belajar tentang kekuatan yang sebenar dari sisi seorang wanita dalam Islam.


Mukaddimah

Dahulu kala, masyarakat memandang perempuan bagaikan hewan atau bagian dari kekayaan yang dimiliki oleh seorang laki-laki. Demikian pula masyarakat Arab pada masa Jahiliyah. Mereka senantiasa memandang wanita sebagai makhluk yang hina. Bahkan, sebagian di antara mereka ada yang menguburkan anak perempuan mereka hidup-hidup.

Ketika fajar mentari Islam terbit, Islam memberikan hak kepada kaum hawa dan telah menentukan pula batas-batasnya, seperti hak sebagai ibu, hak sebagai istri, dan hak sebagai pemudi. 

Tentu kita semua sering mendengar hadis Nabi saw yang menyatakan, “Surga itu terletak di bawah kaki ibu.”
Di lain kesempatan, beliau bersabda, "Kerelaan Allah terletak pada kerelaan orang tua." (Dan perempuan termasuk salah satu dari orang tua).

Islam telah memberikan batasan kemanusiaan kepada wanita dan memberikan aturan, undang-undang yang menjamin perlindungan, penjagaan terhadap kemuliaan wanita dan kehormatannya.

Sebagai contoh yang jelas ialah hijab atau jilbab. Jilbab bukanlah penjara bagi wanita, tapi ia merupakan kebanggaan baginya, sebagaimana kita selalu melihat permata yang tersimpan rapi di dalam kotaknya, atau buah-buahan yang tersembunyi di balik kulitnya.

Sedangkan bagi wanita muslimah, Allah SWT telah memberikan aturan yang dapat melindunginya dan menjaga diriya, yaitu jilbab. Bahkan tidak hanya sekedar pelindung, jilbab dapat menambah ketenangan dan keindahan pada diri wanita tersebut.

Wanita dalam pandangan Islam berbeda secara mencolok dari apa yang terjadi di Barat. Dunia Barat memandang wanita laksana benda atau materi yang layak untuk diiklankan, diperdagangkan, dan bisa diambil keuntungan materinya, dengan dalih memelihara etika dan kemuliaan wanita sebagai manusia.

Pandangan ini benar-benar telah membuat nilai wanita terpuruk dan terpisah dari naluri serta nilai-nilai kemanusiaan. Kita juga menyaksikan keretakan keluarga, perceraian yang terjadi di dalam masyarakat Barat telah sedemikian mengkuatirkan. 

Dalam pandangan dunia Barat, wanita telah berubah menjadi seonggok barang yang tidak berharga lagi, baik dalam dunia perfilman, iklan, promosi, ataupun dalam dunia kontes kecantikan.

Teman-teman, marilah kita sejenak menengok sosok teladan kaum wanita dalam Islam yang terwujud dalam kehidupan putri Rasulullah tercinta. 

Dialah Siti Fatimah Az-Zahra as.
Putri tersayang Nabi Muhammad saw.
Istri tercinta Imam Ali as.
Bunda termulia Hasan, Husain, dan Zainab as.

Hari Lahir

Fatimah as dilahirkan pada tahun ke-5 setelah Muhammad saw diutus menjadi Nabi, bertepatan dengan tiga tahun setelah peristiwa Isra' dan Mikraj beliau.
Sebelumnya, Jibril as telah memberi kabar gembira kepada Rasulullah akan kelahiran Fatimah. Ia lahir pada hari Jumat, 20 Jumadil Akhir, di kota suci Makkah.

Fatimah di Rumah Wahyu

Fatimah as hidup dan tumbuh besar di haribaan wahyu Allah dan kenabian Muhammad saw. Beliau dibesarkan di dalam rumah yang penuh dengan kalimat-kalimat kudus Allah SWT dan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Acapkali Rasulullah saw melihat Fatimah masuk ke dalam rumahnya, beliau langsung menyambut dan berdiri, kemudian mencium kepala dan tangannya.
Pada suatu hari, ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah saw tentang sebab kecintaan beliau yang sedemikian besar kepada Fatimah as.
Beliau menegaskan, “Wahai ‘Aisyah, jika engkau tahu apa yang aku ketahui tentang Fatimah, niscaya engkau akan mencintainya sebagaimana aku mencintainya. Fatimah adalah darah dagingku. Ia tumpah darahku. Barang siapa yang membencinya, maka ia telah membenciku, dan barang siapa membahagiakannya, maka ia telah membahagiakanku.”
Kaum muslimin telah mendengar sabda Rasulullah yang menyatakan, bahwa sesungguhnya Fatimah diberi nama Fatimah karena dengan nama itu Allah SWT telah melindungi setiap pecintanya dari azab neraka.
Fatimah Az-Zahra’ as menyerupai ayahnya Muhammad saw dari sisi rupa dan akhlaknya.
Ummu Salamah ra, istri Rasulullah, menyatakan bahwa Fatimah adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah. Demikian juga ‘Aisyah. Ia pernah menyatakan bahwa Fatimah adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah dalam ucapan dan pikirannya.
Fatimah as mencintai ayahandanya melebihi cintanya kepada siapa pun.
Setelah ibunda kinasihnya, Khadijah as wafat, beliaulah yang merawat ayahnya ketika masih berusia enam tahun. Beliau senantiasa berusaha untuk menggantikan peranan ibundanya bagi ayahnya itu.
Pada usianya yang masih belia itu, Fatimah menyertai ayahnya dalam berbagai cobaan dan ujian yang dilancarkan oleh orang-orang musyrikin Makkah terhadapnya. Dialah yang membalut luka-luka sang ayah, dan yang membersihkan kotoran-kotoran yang dilemparkan oleh orang-orang Quraisy ke arah ayahanda tercinta.
Fatimah senantiasa mengajak bicara sang ayah dengan kata-kata dan obrolan yang dapat menggembirakan dan menyenangkan hatinya. Untuk itu, Rasulullah saw memanggilnya dengan julukan Ummu Abiha, yaitu ibu bagi ayahnya, karena kasih sayangnya yang sedemikian tercurah kepada ayahandanya.

Pernikahan Fatimah as

Setelah Fatimah as mencapai usia dewasa dan tiba pula saatnya untuk beranjak pindah ke rumah suaminya (menikah), banyak dari sahabat-sahabat yang berupaya meminangnya. Di antara mereka adalah Abu Bakar dan Umar. Rasulullah saw menolak semua pinangan mereka. Kepada mereka beliau mengatakan, “Saya menunggu keputusan wahyu dalam urusannya (Fatimah as).”
Kemudian, Jibril as datang untuk mengkabarkan kepada Rasulullah saw, bahwa Allah telah menikahkan Fatimah dengan Ali bin Ali Thalib as. Tak lama setelah itu, Ali as datang menghadap Rasulullah dengan perasaan malu menyelimuti wajahnya untuk meminang Fatimah as. Sang ayah pun menghampiri putri tercintanya untuk meminta pendapatnya seraya menyatakan, “Wahai Fatimah, Ali bin Abi Thalib adalah orang yang telah kau kenali kekerabatan, keutamaan, dan keimanannya. Sesungguhnya aku telah memohonkan pada Tuhanku agar menjodohkan engkau dengan sebaik-baik mahkluk-Nya dan seorang pecinta sejati-Nya. Ia telah datang menyampaikan pinangannya atasmu, bagaimana pendapatmu atas pinangan ini?"
Fatimah as diam, lalu Rasulullah pun mengangkat suaranya seraya bertakbir, “Allahu Akbar! Diamnya adalah tanda kerelaannya.”

Acara Pernikahan

Rasulullah saw kembali menemui Ali as sambil mengangkat tangan sang menantu seraya berkata, “Bangunlah! 'Bismillah, bi barakatillah, masya’ Allah la quwwata illa billah, tawakkaltu 'alallah.”
Kemudian, Nabi saw menuntun Ali dan mendudukkannya di samping Fatimah. Beliau berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya keduanya adalah makhluk-Mu yang paling aku cintai, maka cintailah keduanya, berkahilah keturunannya, dan peliharalah keduanya. Sesungguhnya aku menjaga mereka berdua dan keturunannya dari setan yang terkutuk.”
Rasulullah mencium keduanya sebagai tanda ungkapan selamat berbahagia. Kepada Ali, beliau berkata, “Wahai Ali, sebaik-baik istri adalah istrimu.”
Dan kepada Fatimah, beliau menyatakan, “Wahai Fatimah, sebaik-baik suami adalah suamimu”.
Di tengah-tengah keramaian dan kerumunan wanita yang berasal dari kaum Anshar, Muhajirin, dan Bani Hasyim, telah lahir sesuci-suci dan seutama-utamanya keluarga dalam sejarah Islam yang kelak menjadi benih bagi Ahlulbait Nabi yang telah Allah bersihkan kotoran jiwa dari mereka dan telah sucikan mereka dengan sesuci-sucinya.
Acara pernikahan kudus itu berlangsung dengan kesederhanaan. Saat itu, Ali tidak memiliki sesuatu yang bisa diberikan sebagai mahar kepada sang istri selain pedang dan perisainya. Untuk menutupi keperluan mahar itu, ia bermaksud menjual pedangnya. Tetapi Rasulullah saw mencegahnya, karena Islam memerlukan pedang itu, dan setuju apabila Ali menjual perisainya.
Setelah menjual perisai, Ali menyerahkan uangnya kepada Rasulullah saw. Dengan uang tersebut beliau menyuruh Ali untuk membeli minyak wangi dan perabot rumah tangga yang sederhana guna memenuhi kebutuhan keluarga yang baru ini.
Kehidupan mereka sangat bersahaja. Rumah mereka hanya memiliki satu kamar, letaknya di samping masjid Nabi saw.
Hanya Allah SWT saja yang mengetahui kecintaan yang terjalin di antara dua hati, Ali dan Fatimah. Kecintaan mereka hanya tertumpahkan demi Allah dan di atas jalan-Nya.
Fatimah as senantiasa mendukung perjuangan Ali as dan pembelaannya terhadap Islam sebagai risalah ayahnya yang agung nan mulia. Dan suaminya senantiasa berada di barisan utama dan terdepan dalam setiap peperangan. Dialah yang membawa panji Islam dalam setiap peperangan kaum muslimin. Ali pula yang senantiasa berada di samping mertuanya, Rasulullah saw.
Fatimah as senantiasa berusaha untuk berkhidmat dan membantu suami, juga berupaya untuk meringankan kepedihan dan kesedihannya. Beliau adalah sebaik-baik istri yang taat. Beliau bangkit untuk memikul tugas-tugas layaknya seorang ibu rumah tangga. Setiap kali Ali pulang ke rumah, ia mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan di sisi sang istri tercinta.
Fatimah as merupakan pokok yang baik, yang akarnya menghujam kokoh ke bumi, dan cabangnya menjulang tinggi ke langit. Fatimah dibesarkan dengan cahaya wahyu dan beranjak dewasa dengan didikan Al-Qur'an.

Keluarga Teladan

Kehidupan suami istri adalah ikatan yang sempurna bagi dua kehidupan manusia untuk menjalin kehidupan bersama.
Kehidupan keluarga dibangun atas dasar kerjasama, tolong menolong, cinta, dan saling menghormati.
Kehidupan Ali dan Fatimah merupakan contoh dan teladan bagi kehidupan suami istri yang bahagia. Ali senantiasa membantu Fatimah dalam pekerjaan-pekerjaan rumah tangganya. Begitu pula sebaliknya, Fatimah selalu berupaya untuk mencari keridhaan dan kerelaan Ali, serta senantiasa memberikan rasa gembira kepada suaminya.
Pembicaraan mereka penuh dengan adab dan sopan santun. "Ya binta Rasulillah"; wahai putri Rasul, adalah panggilan yang biasa digunakan Imam Ali setiap kali ia menyapa Fatimah. Sementara Sayidah Fatimah sendiri menyapanya dengan panggilan “Ya Amirul Mukminin”; wahai pemimpin kaum mukmin.
Demikianlah kehidupan Imam Ali as dan Sayidah Fatimah as.
Keduanya adalah teladan bagi kedua pasangan suami-istri, atau pun bagi orang tua terhadap anak-anaknya.

Buah Hati

Pada tahun ke-2 Hijriah, Fatimah as melahirkan putra pertamanya yang oleh Rasulullah saw diberi nama “Hasan”. Rasul saw sangat gembira sekali atas kelahiran cucunda ini. Beliau pun menyuarakan azan pada telinga kanan Hasan dan iqamah pada telinga kirinya, kemudian dihiburnya dengan ayat-ayat Al-Qur'an.
Setahun kemudian lahirlah Husain. Demikianlah Allah SWT berkehendak menjadikan keturunan Rasulullah saw dari Fatimah Az-Zahra as. Rasul mengasuh kedua cucunya dengan penuh kasih dan perhatian. Tentang keduanya beliau senantiasa mengenalkan mereka sebagai buah hatinya di dunia.
Bila Rasulullah saw keluar rumah, beliau selalu membawa mereka bersamanya. Beliau pun selalu mendudukkan mereka berdua di haribaannya dengan penuh kehangatan.
Suatu hari Rasul saw lewat di depan rumah Fatimah as. Tiba-tiba beliau mendengar tangisan Husain. Kemudian Nabi dengan hati yang pilu dan sedih mengatakan, “Tidakkah kalian tahu bahwa tangisnya menyedihkanku dan menyakiti hatiku.”
Satu tahun berselang, Fatimah as melahirkan Zainab. Setelah itu, Ummu Kultsum pun lahir. Sepertinya Rasul saw teringat akan kedua putrinya Zainab dan Ummu Kultsum ketika menamai kedua putri Fatimah as itu dengan nama-nama tersebut.
Dan begitulah Allah SWT menghendaki keturunan Rasul saw berasal dari putrinya Fatimah Zahra as.

Kedudukan Fatimah Az-Zahra’ as

Meskipun kehidupan beliau sangat singkat, tetapi beliau telah membawa kebaikan dan berkah bagi alam semesta. Beliau adalah panutan dan cermin bagi segenap kaum wanita. Beliau adalah pemudi teladan, istri tauladan dan figur yang paripurna bagi seorang wanita. Dengan keutamaan dan kesempurnaan yang dimiliki ini, beliau dikenal sebagai “Sayyidatu Nisa’il Alamin”; yakni Penghulu Wanita Alam Semesta.
Bila Maryam binti ‘Imran, Asiyah istri Firaun, dan Khadijah binti Khuwalid, mereka semua adalah penghulu kaum wanita pada zamannya, tetapi Sayidah Fatimah as adalah penghulu kaum wanita di sepanjang zaman, mulai dari wanita pertama hingga wanita akhir zaman.
Beliau adalah panutan dan suri teladan dalam segala hal. Di kala masih gadis, ia senantiasa menyertai sang ayah dan ikut serta merasakan kepedihannya. Pada saat menjadi istri Ali as, beliau selalu merawat dan melayani suaminya, serta menyelesaikan segala urusan rumah tangganya, hingga suaminya merasa tentram bahagia di dalamnya.
Demikian pula ketika beliau menjadi seorang ibu. Beliau mendidik anak-anaknya sedemikian rupa atas dasar cinta, kebaikan, keutamaan, dan akhlak yang luhur dan mulia. Hasan, Husain, dan Zainab as adalah anak-anak teladan yang tinggi akhlak dan kemanusiaan mereka.

Kepergian Sang Ayah

Sekembalinya dari Haji Wada‘, Rasulullah saw jatuh sakit, bahkan beliau sempat pingsan akibat panas dan demam keras yang menimpanya. Fatimah as bergegas menghampiri beliau dan berusaha untuk memulihkan kondisinya. Dengan air mata yang luruh berderai, Fatimah berharap agar sang maut memilih dirinya dan merenggut nyawanya sebagai tebusan jiwa ayahandanya.
Tidak lama kemudian Rasul saw membuka kedua matanya dan mulai memandang putri semata wayang itu dengan penuh perhatian. Lantas beliau meminta kepadanya untuk membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Fatimah pun segera membacakan Al-Qur'an dengan suara yang khusyuk.
Sementara sang ayah hayut dalam kekhusukan mendengarkan kalimat-kalimat suci Al-Qur'an, Fatimah pun memenuhi suasana rumah Nabi. Beliau ingin menghabiskan detik-detik akhir hayatnya dalam keadaan mendengarkan suara putrinya yang telah menjaganya dari usia yang masih kecil dan berada di samping ayahnya di saat dewasa.
Rasul saw meninggalkan dunia dan ruhnya yang suci mi’raj ke langit.
Kepergian Rasul saw merupakan musibah yang sangat besar bagi putrinya, sampai hatinya tidak kuasa memikul besarnya beban musibah tersebut. Siang dan malam, beliau selalu menangis.
Belum lagi usai musibah itu, Fatimah as mendapat pukulan yang lebih berat lagi dari para sahabat yang berebut kekuasaan dan kedudukan.
Setelah mereka merampas tanah Fadak dan berpura-pura bodoh terhadap hak suaminya dalam perkara khilafah (kepemimpinan), Fatimah Az-Zahra’ as berupaya untuk mempertahankan haknya dan merebutnya dengan keberanian yang luar biasa.
Imam Ali as melihat bahwa perlawanan terhadap khalifah yang dilakukan Sayidah Fatimah as secara terus menerus bisa menyebabkan negara terancam bahaya besar, hingga dengan begitu seluruh perjuangan Rasul saw akan sirna, dan manusia akan kembali ke dalam masa Jahiliyah.
Atas dasar itu, Ali as meminta istrinya yang mulia untuk menahan diri dan bersabar demi menjaga risalah Islam yang suci.
Akhirnya, Sayidah Fatimah as pun berdiam diri dengan menyimpan kemarahan dan mengingatkan kaum muslimin akan sabda Nabi, “Kemarahannya adalah kemarahan Rasulullah, dan kemarahan Rasulullah adalah kemarahan Allah SWT.”
Sayidah Fatimah as diam dan bersabar diri hingga beliau wafat. Bahkan beliau berwasiat agar dikuburkan di tengah malam secara rahasia.

Kepergian Putri Tercinta Rasul

Bagaikan cahaya lilin yang menyala kemudian perlahan-lahan meredup. Demikianlah ihwal Fatimah Az-Zahra’ as sepeninggal Rasul saw. Ia tidak kuasa lagi hidup lama setelah ditinggal wafat oleh sang ayah tercinta. Kesedihan senantiasa muncul setiap kali azan dikumandangkan, terlebih ketika sampai pada kalimat Asyhadu anna Muhammadan(r) Rasulullah.
Kerinduan Sayidah Fatimah untuk segera bertemu dengan sang ayah semakin menyesakkan dadanya. Bahkan kian lama, kesedihannya pun makin bertambah. Badannya terasa lemah, tidak lagi sanggup menahan renjana jiwanya kepada ayah tercinta.
Demikianlah keadaan Sayidah Fatimah as saat meninggalkan dunia. Beliau tinggalkan Hasan yang masih 7 tahun, Husain yang masih 6 tahun, Zainab yang masih 5 tahun, dan Ummi Kultsum yang baru saja memasuki usia 3 tahun.
Yang paling berat dalam perpisahan ini, ia harus meninggalkan suami termulia, Ali as, pelindung ayahnya dalam jihad dan teman hidupnya di segala medan.
Sayidah Fatimah as memejamkan mata untuk selamanya setelah berwasiatkan kepada suaminya akan anak-anaknya yang masih kecil. Beliau pun mewasiatkan kepada sang suami agar menguburkannya secara rahasia. Hingga sekarang pun makam suci beliau masih misterius. Dengan demikian terukirlah tanda tanya besar dalam sejarah tentang dirinya.
Fatimah Az-Zahra’ as senantiasa memberikan catatan kepada sejarah akan penuntutan beliau atas hak-haknya yang telah dirampas. Sehingga umat Islam pun kian bertanya-tanya terhadap rahasia dan kemisterian kuburan beliau.
Dengan penuh kesedihan, Imam Ali as duduk di samping kuburannya, diiringi kegelapan yang menyelimuti angkasa. Kemudian Imam as mengucapkan salam, “Salam sejahtera bagimu duhai Rasulullah ... dariku dan dari putrimu yang kini berada di sampingmu dan yang paling cepat datang menjumpaimu.
"Duhai Rasulullah! Telah berkurang kesabaranku atas kepergian putrimu, dan telah berkurang pula kekuatanku ... Putrimu akan mengabarkan kepadamu akan umatmu yang telah menghancurkan hidupnya. Pertanyaan yang meliputinya dan keadaan yang akan menjawab. Salam sejahtera untuk kalian berdua!”

Riwayat Singkat Sayidah Fatimah as

Nama        : Fatimah.
Julukan    : Az-Zahra’, Al-Batul, At-Thahirah.
Ayah         : Mahammad.
Ibu            : Khadijah binti Khuwailid.
Kelahiran : Jumat 20 Jummadil Akhir.
Tempat     : Makkah Al-Mukarramah.
Wafat       : MadinahAl-Munawarah, Tahun 11 H.
Makam    : Tidak diketahui.

Sumber : http://www.al-shia.org/html/id/etrat/biog/04.htm


RINGANKAN MAHARMU WAHAI WANITA

Bismillah
Assalamu'alaikum Warohmatullah..



Seorang santriwati bertanya kepada Ustadzahnya 
dalam sebuah Majelis Muhadaroh di sebuah asrama Pondok Pesantren. 

santriwati : "afwan ibu, apa yang harus dipersiapkan seorang muslimah yg akan menikah ?

Ustadzah : "afwan nak.. hal pertama yg harus menjadi Azzam kalian adalah 
RINGANKAN MAHARMU!"

Seorang Gadis yang terlalu Istimewa, Cantik Paras Rupanya, Mulia Akhlaknya, Terjaga Maru'ahnya oleh iman & taqwa kepada Allah SWT, Mempunyai Nasab yang Paling Bersih, Suci & Tinggi Kedudukannya di mata manusia & disisi Tuhannya. Anak perempuan seorang Nabi. 

Dialah Fatimah Az-Zahra’....

puteri Rasulullah SAW, wanita yang paling dikasihi & dilindungi.


 Ahmad bin Yusuf ad Dimasyqi dalam kitabnya, Akhbarul Du’al wa atas Tsaul Uwal, “Diriwayatkan bahwa ketika ia (Fatimah) mengetahui tentang perkawinannya dan bahwa maharnya sejumlah kecil dirham, ia mengatakan, ‘Ya Rasululloh, gadis – gadis biasa mengambil uang sebagai mahar; apa bedanya diriku dengan mereka (jika maharku juga uang)?.

Kuminta dengan hormat kepada Anda untuk mengembalikannya dan berdoa kepada Alloh Ta’ala agar menjadikan maharku hak pemberi syafa’at kepada mereka yang berdosa di kalangan Muslimin (di Hari Kebangkitan)’. Saat itulah Jibril turun dengan secarik kertas yang diatasnya tertulis : ‘Alloh menetapkan mahar Fatimah az Zahra adalah syafaat bagi mereka yang berdosa di kalangan Muslimin’. 


Ketika tengah menjelang ajalnya, Fatimah meminta kertas itu direkatkan ke dadanya. Setelah hal itu dikerjakan, Fatimah mengatakan, “Ketika bangkit di Hari Kebangkitan, aku akan memperlihatkan kertas ini dengan tanganku untuk memberikan syafa’at kepada mereka yang berdosa dari kalangan umat ayahku”.
Jelaslah bahwa riwayat yang disebutkan diatas menggambarkan keagungan, kehormatan dan keistimewaan yang dimiliki Sayyidah Fatimah. Doa Rasul dikabulkan, maka Fatimah akan menyodorkan kertas itu di hari di mana kertas itu (baca : syafa’at) paling dibutuhkan. 


An Nafsi mengatakan, “Fatimah meminta Nabi saw. Agar maharnya adalah syafa’at bagi kaum beliau di Hari Kebangkitan. Maka, saat melintasi titian (shirath), ia akan meminta maharnya”.
Patut disebutkan bahwa banyak riwayat yang membenarkan bahwa syafa’at merupakan mahar Fatimah. Wallahu’alam wa bisshowab.
 

Dan tahukah kalian apakah persiapan majlis pernikahan Fatimah Az-Zahra’ dengan Saidina Ali bin Abi Talib ?
  • alat menggiling gandum
  • bantal yang di isi daun-daun kering & biji kurma
  • alat penumbuk
  • sebuah bekas air
  • kulit yang di samak
  • sebuah piring

Abu Bakar menangis ketika melihat keadaan persediaan pernikahan puteri Rasulullah SAW itu.

Beliau bertanya, ” Ini sajakah bekalan untuk Fatimah?

Nabi SAW menjawab : “Wahai Abu Bakar ini semua sudah cukup banyak untuk orang yang masih hidup di dunia.”

Wahai calon pengantin perempuan, kemuliaan itu terletak pada hati yang beriman dan amal soleh. Bukan banyaknya harta dan kemewahan, keturunan atau pangkat dan jawatan. Secantik-cantik pengantin adalah sepasang hamba Allah yang tunduk & taat hanya kepada-NYA.

…Rasulullah bersabda, Sesungguhnya perkawinan yang besar keberkahannya adalah yang paling murah maharnya…

"Masih mendamba Mahar Tinggi ?
 Siapakah kita jika dibandingkan dengan kemuliaan Sayyidah Fatimah Az-Zahra,
 Putri Rasulullah ? " Kata Ustadzah...

Seketika suasana ruangan Muhadaroh sunyi.. dan jawaban itu berhasil "menghilangkan" wajah-wajah para santri dalam ketundukan 90 derajat yg luar biasa!

Selasa, 15 Januari 2013

SEKOLAH ITU BERNAMA - ANAK

Bismillah
Assalamu'alaikum Warohmatullah


"dunia anak adalah dunia yang penuh kepolosan, 
namun, dari sinilah kita semua belajar, bahwa KEJUJURAN dan KETULUSAN
adalah kunci lahirnya KASIH dan CINTA...

Cintailah Anak-anak... karena kau akan temukan lembutnya hatimu disana.. :)
_____

“Sikap yang diharapkan oleh seorang anak dari orang dewasa adalah sungguhnya sikap yang diinginkan oleh orang dewasa dari orang dewasa lainnya. Kita semua ternyata adalah anak-anak jika tanpa kesediaan untuk memahami, memaklumi, kemawasan hati dan pikiran terhadap perbaikan, dan kemandirian atas integritas diri dan pilihan hidup.” (anonim)
 
Allah memberikan manusia banyak sekali pelajaran dari apa-apa yang Dia ciptakan, tak terkecuali pada anak-anak. 
 
Siapakah mereka? Mereka adalah makhluk lemah yang berangsur-angsur tumbuh dan  menguat dengan membawa segudang potensi hidup, fisik, akal, naluri, termasuk pula potensi fujur dan takwa, baik dan buruk yang juga terus berkembang. Dan mereka menjajal tiap-tiap potensinya itu tanpa dikenakan hisab atasnya. Semua coba-coba itu adalah proses belajar  dan masa persiapan yang tanpa raport. Sampai menstruasi dan mimpi datang menyudahi masa kanak-kanak dan mengawali masa-masa taklif (terbebani hukum) yang bukan lagi main-main. 
 
Proses mereka tak ubahnya seperti masa orientasi siswa baru atau masa ospek bagi calon mahasiswa. Namun masa orientasi ini tidak ditempuh dalam jangka waktu satu dua pekan, tetapi memakan waktu bertahun-tahun. Minimal 9 tahun dan maksimal 15 tahun, begitu sebagian ulama berpendapat.  Dan orang tua atau wali anak lah yang menjadi panitia ‘ospek’nya. Dengan lingkungan semesta sebagai tempat percobaannya. Kemudian panitia lah manusia-manusia dewasa yang akan diberikan raport penyelenggaraan masa ‘orientasi’ ini. Orang tua lah yang kelak dihisab atas jalannya proses ini. Bukan mereka, anak-anak para  peserta ‘ospek’.
 
Dalam perjalanannya, otot-otot juga tulang-tulang mereka yang awalnya bahkan tak mampu untuk sekedar menegakkan kepala, berangsur-angsur menguat, bahkan dapat jauh lebih kuat dari panitia ‘ospek’nya. Lisan mereka yang dulu bahkan tak mampu mengucapkan a-i-u-e-o, kini fasih berorasi. Bahkan dalam bahasa yang beragam. Akal mereka yang dulu sering kita asah dengan logika-logika, “kalau begini bagaimana Dek, kalau begitu bagaimana Dek”, kini mampu mengkritik kesalahan-kesalahan logika kita yang kadang sudah kadung mapan. Dan potensi-potensi lainnya terus berkembang hari demi hari, kemampuan mereka melakukan refleksi, merenung, membuat kesimpulan-kesimpulan, berinteraksi dengan kawan-kawannya, bersosialisasi dengan lingkungannya, berkarya ini dan itu, dan lain-lain masih sangat banyak.
 
Dan sekali lagi mereka tak dihisab atas prosesnya ini. Proses trial and error, salah dan benar mereka. Dan sekali lagi kita lah panitia-panitia masa orientasi yang akan ditanya; diorientasikan kemanakah potensi-potensi hidup anak-anak kita yang berkembang terus itu? Dijaga dalam kejernihan fitrahnya atau kita keruhkan dengan tendensi nafsu yang menghinakan atau bahkan malah tidak kita pedulikan hingga mereka kemrusung dalam jurang kesalahan. Na’udzubillahi mindzalik. Wallahulmusta’an. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.  
 
Ya, sebab tak jauh-jauh dari kehidupan kita kini betapa banyak anak yang ketika baru saja menginjak akil baligh kemudian mencorengkan arang pada muka orang tuanya. Ia bisa saja meninju sang panitia ‘ospek’ -orang tua- karena ia menganggap orientasi yang dilakukan kemarin sangat menindas. Ada dendam tersimpan yang kemudian menemui jalannya untuk tumpah. Mungkin dalam batinnya, dulu aku lemah, kamu kuat, aku tak mampu berkutik di hadapanmu, tak mampu menegosiasikan ancaman-ancamanmu yang tendensius itu, kini aku kuat dan kau melemah. Aku mampu berontak hari ini. Masya Allah, naudzubillah min dzalik. Padahal masa orientasi baru saja usai. Ketika seharusnya sang panitia memberikan selamat kepada peserta ‘ospek’ atas suksesnya masa orientasi dan memberikan starting tausiyah kepada para peserta itu -yang kini tak pantas lagi digelari anak-anak- untuk menjalani hari-hari yang sebenarnya. 
 
Allah Zat Yang Maha Rahman dan Maha Rahim, tak sudah-sudahnya melimpahkan kasih sayangnya pada kita. Ia menjadikan perjalanan masa kanak-kanak anak-anak kita sebagai perjalanan kita pula, perjalanan pengujian amal-amal kita, siapakah yang paling baik amalnya. Anak-anak itu teori sekaligus praktikum mata pelajaran biologi, psikologi, sosiologi, dan idrak sillah billah, bahkan akuntansi dan lain-lain, kemudian kelak kita menerima raport atas proses belajar kita itu.  
 
Kepolosan celoteh mereka seharusnya menjadi cermin tempat kita berkaca sejujur apa lisan kita bergerak ketika membersama atau ketika tidak bersama mereka. Teriakan lantang dan gerak mereka yang tanpa henti seharusnya menjadi pematri semangat bagi jiwa dan badan kita untuk  senantiasa beramal baik. Tatih-tatih mereka ketiga belajar berjalan kemudian terjatuh dan bangkit kembali seharusnya menjadi pelajaran bagi kita agar selalu mau memperbaiki apa-apa yang salah kemarin. Terlalu banyak pelajaran jika kita mau mengambil pelajaran.
 
Kadang, kekeruhan jiwa kita ketika menghadapi mereka karena ketidaksadaran kita bahwa mereka adalah makhluk-makhluk yang terus tumbuh, tiap waktu mereka berubah. Mungkin karena kita teramat lelah dengan amanah-amanah yang lain, hingga kita lalai dari perubahan itu. Dan gagal memahami perubahan itu. Hingga salah ketika memberikan orientasi. 
 
Ketika mereka melakukan kesalahan. Kita kerap lupa bahwa mereka dikarunia fujur dan takwa, namun masih tanpa hisab. Jadi, sangat wajar jika mereka salah. Sangat-sangat wajar. Dan kita lah yang harus selalu siap mengorbankan daya upaya untuk meluruskan kesalahan itu, karena kita yang dewasa, kita yang harus lebih dulu mengerti dan memahami, karena kitalah panitia ‘ospek’nya yang bertanggung jawab dan kelak akan dihisab. Berat, ya terkadang  memang berat. Tapi Allah mampu membuat apapun yang terlihat berat. 
 
Ketika mereka membuat prestasi. Kita kadang lalai memberikan apresiasi. Malah kita kecilkan prestasinya karena menurut kita dia mampu mencapai standar yang lebih tinggi lagi. Masya Allah. Ini pelajaran bersyukur dan penanaman self esteem (penghargaan terhadap diri sendiri) bagi mereka dan bagi kita pula. Percaya diri mereka bisa saja runtuh seketika itu dan kita menjadi pihak yang paling bertanggung jawab, namun tidak kita sadari. Na’udzubillahi mindzalik.
 
Padahal, jika kita merenung, sikap terbaik kita terhadap anak-anak yang penuh pemakluman, kesediaan memahami, penerimaan yang tulus, lembut namun tegas, tegas tapi tidak mencederai hati, hukuman yang menyadarkan dan membangun, apresiasi yang wajar dengan penuh rasa syukur kepada Allah, dukungan terhadap perbaikan diri adalah sikap-sikap yang kita inginkan dari orang lain terhadap diri kita. Bukankah begitu?
 
Buktinya, kita yang bukan lagi anak-anak, kerap kali cengeng, sehingga merengek-rengek, mengapa dia begini mereka begitu, mengapa orang lain begitu pada saya, kok tega betul dia pada saya, kok bisa ya mereka seperti itu, ya Allah mengapa begini, ya Allah mengapa begitu. Pertanyaan-pertanyaan yang sebetulnya dapat kita dalami ketika ia masih menari-nari di relung pikiran kita. Sebelum ia terlontar menjadi rengekan yang membuat kita tak ubahnya seperti anak-anak. Kita bisa tetap insyaf menggunakan semua potensi diri kita untuk brainstorming dan heartstorming. Sehingga muncul kemampuan untuk memahami apapun yang ada di hadapan kita, memakluminya, dan mengambil sikap menuju arah perbaikan dengan tanpa mempedulikan kata-kata orang yang tidak peduli dengan keberkahan jalan hidup kita. Wallahulmusta’an. Wallahu’alam.
 
Oleh: Ummu Mesia
Sumber : MuslimahZone.com

FOR FUTURE....



Bismillah
assalamu'alaikum Warohmatullah..

Seketika ku teringat dengan mimpi ku lagi... 
ya kawan, maaf kalau aku berkisah tentang mimpiku lagi...dan lagi...
karena dari itulah aku merasa lebih hidup..

Berharap suatu saat (seperti impian Bapak juga)
keluarga besar kita semua akan mempunyai sekolah terpadu seperti ini..
aku menamakannya "RQ" - Rumah Qur'an pak..
rumah pembinaan anak-anak dari usia dini hingga dewasa,
 bahkan usia senja boleh berada di "RUMAH" kita nanti..
 

orang-orang tua dapat dengan tenang dan damai melihat anak-anak kecil berlari-lari 
saling berkejaran di lapangan luas "RUMAH" kita
para ustadz-ustadzah yang sibuk memantau perkembangan mereka
para remaja muslimah yang berkumpul sambil bercengkrama dan Al-Qur'an didekapannya
menandakan mereka barus aja menyelesaikan Qiro'atinya
para remaja muslim yang setelah sholat ashar berjama'ah,
 langsung pergi bermain bola (lengkap masih dengan sarungnya)
membuat tawa dan keakraban semakin menyala..

sambil dari arah kantor "RUMAH" kita
diputarlah murottal-murottal indah dari Syeikh-Syeikh ternama

Pak, aku ingin menghadirkan mimpi Bapak dihadapan Bapak..
setiap selepas sholat maghrib Bapak selalu katakan padaku dan juga ade-ade
buatlah sekolah kelak nak...
pembinaan ummat ada di sana..

sementara mama selalu mengatakan...
Perempuan itu tugasnya Pembinaan..
Laki-laki itu tugasnya Perlindungan..
 kalau mimpimu di redhoi suami-suamimu kelak
maka bekerjasamalah dgn benar utk mewujudkannya
sesuai porsinya...


aahh.. mama dan Bapak selalu menghadirkan mimpi dan semangat indah!
Bismillah... untukku, untuk ade Uni, untuk ade Yayah..


(Dream and Action!)
Semoga Allah Ridhoi mimpi kita Semua!

HIJRAH ( Lagi) ^_^



Bismillah
Assalamu'alaikum Warohmatullah


Senjaku Ramai, Malamku Damai, Fajarku Permai, Siangku Handai,
 Soreku akan kembali damai.. 
Semoga aku mampu memeliharanya dan tak akan pasai bahkan lalai..


Hidup ini seperti seruling yg memiliki banyak "lubang" dan "kekosongan"
 tapi jika Anda dengan bijak "memainkannya" melodi yg indah tercipta


Saat kamu terjatuh waktu tidak berhenti untuk menunggumu. 
Tapi kamu yg harus bangkit untuk mengejar ketertingalanmu  

__
 

YUK SEMANGATI HIDUPMU..
SEMANGATI HIDUP ORANG LAIN..

Cinta Terpuji adalah ketika kita mampu menebar benih manfaat
 sebanyak-banyaknya pada orang-orang yang kita cinta. 

-MJ- 
sambil packing-packing buku dan baju untuk "berhijrah" kembali,
bernaung dan meninggalkan jejak baru di kediaman baru..
semoga Allah selalu menjagaku dalam penjagaanNya
semoga bisa menebar benih manfaat kepada penghuni lainnya disana..

Bismillah...
Semangat berHIJRAH... 
harapnya ulun kawa membawa FAEDAH..

aamiin...